Kuliner Enak di Bandung
Salah satu hal yang patut disyukuri adalah saat kita dekat dengan orang-orang baik yang berbagi kebaikan bersama. Kembalinya saya dari Garut ke asrama sudah beberapa hari tentunya, tetapi kebiasaan yang sudah ditanamkan sebelumnya jangan diliburkan sekalipun kampus sedang libur. Dalam kondisi apapun, baik sedang banyak atau sedikit orang yang ada, amalan-amalan baik yang sudah didawamkan harus dijaga konsistennya, contohnya puasa sunnah.
Sudah
menjadi tradisi ketika mondok di pesantren, kebiasaan baik seperti puasa sunnah
memang dianjurkan untuk jadi kegiatan rutinan. Syukur, saya bisa cukup
konsisten dengan itu. Sebab hari ini puasa, biasanya saya sering menyiapkan
buka yang lebih. Mungkin kebiasaan saja, dalam arti jika puas, bukanya harus
dengan sesuatu yang lebih spesial dari pada hari biasanya, saya anggapnya
sebagai reward sih. Meskipun gak mesti juga. Asal semua pekerjaan sudah
selesai. Anehnya, menurut saya, semangat untuk mengerjakan suatau aktifitas
ketika berpuasa itu lebih besar dari pada waktu gak puasa.
Nah,
tulisan kali ini sebenarnya bukan untuk membicarakan puasa, tapi kuliner pas
mau berbuka puasa. Karena dekat dengan kampus dan pusat jajanan, ngabuburit
waktu sore itu lebih gampang. Jalan kaki keliling sambil cari makanan sudah
lebih dari cukup. Apalagi, meski bukan Ramadhan, vibes ngabuburit itu
sama saja. Selain jajanan, saya juga harus cari lauk. Sebab, di asrama masih
sedikit orang, jadi jadwal masak juga gak jelas. Makanya, saya cari lauk yang
sudah matang.
Kali
ini saya dan teman saya yang juga pasti sedang berpuasa pergi menuju warteg
favorit. Sebenernya favorit teman saya. Warteg di area asrama saya tuh banyak
banget, sedang saya tipe explorer, harus dicoba satu-satu sampai menemukan
rasa yang cocok. Tapi, sejauh ini semua warteg masakannya enak-enak kok.
Setelah
itu, kami pilih makanan. Ada banyak menu yang ditawarkan. Yang gak boleh
terlewat untuk saya adalah menu kikil dari setiap warteg. Emang orangnya suka
kikil, pasti beli itu dulu sebelum pilih yang lain. Dan, karena kemarin sempat
tergoda dengan bawal tapi gak jadi beli, kami putuskan untuk beli ikan juga.
Salah satu thai tea murah ada di The Neneners. Jujur ya, nama tokonya
sempet bikin aku ketawa, soalnya kaya baru baca nama kedainya sejak pembelian
pertama. Kita sebut tokonya dengan minuman depan kampus aja, biasanya.
Saya
kali ini beli varian hazelnut. Sebab thai tea pernah coba sebelumnya. Di
The Neneners, minumannya start from 5K. Terbilang murah untuk ukurannya, tapi
standar untuk rasanya. Rasa hazelnutnya oke kok. Worth it lah.
Sesi
ngabuburit pun usai, kali ini beli lauk dan minumannya. Kami masih punya
beberapa makanan untuk buka puasa nanti. Ithar pun dimulai seketika setelah
lafadz adzan berkumandang. Lega rasanya ditambah dengan minuman yang
menyegarkan. Kita pun shalat dan makan setelahnya. Seperti itu alur ceritanya
kalau sedang berpuasa.
Sesuai dengan kebiasaan, biasanya sering ada ajakan kuliner malam kalau sudah puasa puasa. Tentu saja harus ikut gabung. Kali ini, kami kembali ke tempat nongkrong anak kampus di daerah Cipadung. Dulu asrama kami lebih deket dari sini, tapi semenjak pindah jaraknya jadi sedikit menjauh. Tapi tak masalah, yang penting apa yang kita tuju tercapai. tempat ini merupakan food court terdiri dari beberapa tenant kuliner, bakso, seblak,soto, lumpia basah bahkan sea food.
Dari sekitar banyak tenant yang menawarkan
makanan, si Bapak Bakso yang jadi favorit. Memang sukanya bakso, jadi mainnya
ke sana terus. Ditambah, bakso dan mie ayam di warung ini menurut aku terbaik
sih selama tinggal di daerah ini. Harganya mulai 9 ribu saja, tapi rasa dan
porsinya mantap banget. Bukan cuma itu, saya juga beli lumpia basah dengan ceker sekitar 10 ribuan juga. pokoknya mantap.
Sepanjang
malam itu, kami pun saling berbagi cerita dengan tawa dan canda. Setelahnya,
kami pulang lagi ke asrama dengan rasa puas. Hal seperi ini yang selalu jadi
penantian dan hasilnya akan menjadi kenangan. Sebab, cerita-cerita hidup yang
suatu saat bisa kita ceritakan ke orang lain merupakan perjalanan hidup yang
kita lalui bersama orang-orang disekitar kita hari ini. Jadi, mumpung kita
punya banyak orang, jadikan mereka sebagai sumber sejarah pribadi diri kita,
sekalipun dengan hal-hal sederhana.
Semoga
kita tetap bisa istiqamah dalam kebaikan, ya.
Comments
Post a Comment