Garut : Sehari Mengurusi Peternakan Telur Ayam
Perjalanan kali ini masih di Garut, tetapi beda wilayah.
Tujuan perjalanan ini adalah untuk mengantar keponakan yang akan melaksanakan
kegiatan pembinaan di daerah Bayongbong, Garut. Perjalanan sekitar satu setengah
jam ini dihadapi dengan lancar bertemankan cayaha mentari pagi yang hangat.
Berhubung
pergi ke Garut, kami ingin sekalian bersilaturahmi ke salah satu keluarga yang
ada di sana. Sebab, yang ikut pembinaan hanya keponakan saya saja, kan. Pada
akhirnya perjalanan dilanjutkan menuju pedesaan di daerah Bayongbong. Desa ini
merupakan tempat tinggal kakak saya
setelah menikah. Setibanya, kami berkumpul dan menghabiskan waktu dengan obrolan sembari
melepas rindu karena sudah lama tak bertemu. Apalagi, ibu saya juga ikut, pasti
sangat ingin bertemu dengan anaknya.
Salah
satu minat saya untuk ikut ke Garut kali ini, sebab penasaran dengan peternakan
ayam yang dikelola oleh keluarga dari suami kakak saya di Bayongbong, di samping keinginan pergi menyegarkan pikiran. Meskipun
sebenarnya peternakan ayam bukan sesuatu yang aneh juga, tapi saya belum pernah
punya pengalaman hidup dalam mengetahui seluk-beluk tentang ternak ayam itu
seperti apa.
Sebelum kami pergi ke tempat peternakan, kami beristirhat dulu melepas lelah dengan teh manis dan gorengan. Terasa berbeda suasana Garut ini dengan Garut Utara tempat saya tinggal. Kalau di temat tinggal saya di Utara, suhunya terasa lebih panas, terlebih karena dekat jalan raya dan pasar. Sehingga, waktu libur ini terasa lebih berarti dan nyaman.
Setelah
itu, kami pergi menuju peternakan. Jaraknya tak jauh, jalan kaki pun tak akan
terasa sebab suguhan pemandangan gunung dan sawah tergambar jelas dihadapan
saya. Setelah sampai, langsung terasa suasana perkandangan dengan suara-suara
ayam yang saling bertukar nyanyian.
Sangat nyaman sekali tempatnya, meski kecil tapi pemandangannya tak
kalah hebat. Peternakan ayam ini merupakan peternakan telur ayam, jadi memang
untuk dijual kembali hasil telurnya. Bukan ayam kampung untuk dicari dagingnya.
Kami
duduk sebentar sembari melihat sekeliling sebelum masuk kandang ayam. Pastikan
untuk selalu menjaga kebersihan, soalnya kandang ayam itu tempat kotor, jadi
harus hati-hati. Tak lupa untuk pakai masker, sebab aromanya kurang nyaman,
meski tak sebegitu bau. Saya pun mencoba untuk melihat sekeliling kandang. Ada
beberapa lorong, tapi isinya jelas hanya ayam. Aku menganga, sebab ternyata
telur mata sapi yang biasa ini kita makan, awalnya itu diambil dari tempat
seperti ini. Saya minta izin untuk mengumpulkan telur-telur yang sudah ada.
Banyak sekali jumlahnya. Saya pun mengumpulkan satu per satu hingga tray telur
itu terisi penuh. Pengalaman sederhana yang berkesan sih.
\
Setelah
itu, saya menyimpannya di gudang. Tumpukan telur memenuhi seisi gudang. Sangat
menyenangkan. Saya kembali ke depan dan ikut mengobrol di sana. Obrolan kami
ditemani dengan goreng singkong kesukaan saya. Nikmat sekali sembari melihat
pegunungan di depan saya.
Akhirnya,
kami pulang kembali dengan sekantong telur. Biasanya, kakak saya suka membuat
kue karena banyak telur. Dan, kali ini aku yang buat kue, meski gak terlalu
jago baking, tapi oke lah untuk hasilnya. Sembari menghabiskan waktu
untuk menunggu keponakan saya selesai dengan acaranya, saya menghabiskan waktu
dengan membuat kue.
Setelah
hari semakin sore, kami pun pulang untuk menjemput keponakan pulang dari acara
pembinaannya. Sebelum perjalanan berakhir kami menyempatkan untuk mampir menikmati
semangkuk bakso di Bakso Kiara. rasa kuah yang gurih dengan tekstur bakso urat yang garing menambah kehangatan dimalam itu, terlebih kala itu hujan cukup deras. tempat yang luas dan harga yang murah menjadi keunggulan Bakso kiara selain rasanya yang enak. Setelahnya, kami pun mengakhiri perjalanan
dengan pulang ke rumah.
Comments
Post a Comment