Cerita Tahun Baru 2022
Karena
memang libur kuliah, jadi saya meniatkan diri untuk pulang ke rumah di Garut
untuk menikmati waktu liburan. Mungkin banyak rencana yang diimajinasikan, tapi
saya sendiri tak yakin dapat merealisasikannya untuk saat ini. Ceritanya, saya
sudah pulang ke rumah. Bersyukur sekali, orangtua dan anggota keluarga lainnya
dalam keadaan sehat, dimana beberapa waktu lalu saya diberi kabar bahwa
beberapa dari mereka sedang sakit. Rasanya sedih banget gak bisa pulang waktu
itu karena agenda-agenda kuliah dan pembinaan, ditambah mereka pun tidak
mengizinkan saya untuk pulang dulu. Semoga kita semua selalu diberikan
kesehatan oleh Yang Maha Kuasa.
Liburan
kali ini mungkin jadi waktu istirahat yang baik sekaligus untuk evaluasi diri
untuk hal-hal yang terjadi di satu tahun sebelumnya. Karena jujur, saya
mengalami fase-fase dimana progres dalam hidup saya itu naik-turun. Mungkin,
kalian juga merasakan hal yang sama di tahun kemarin. Banyak hal yang membuat
saya kecewa, meski tidak dapat dipungkiri dalam kekecewaan itu ada hal-hal
hebat yang bisa saya capai. Tetapi, dalam mengkaji diri sendiri, tentu kita
selalu berharap untuk menjadi sesuatu yang lebih baik, kan? Makanya, 2022 ini
harus menjadi sesuatu yang jauh lebih hebat. Selain itu, harus mampu menjadi
seseorang yang mampu mengantisipasi hadirnya hal yang membuat kecewa diri
sendiri.
view dari kamar |
Tanpa
ada rencana, sehari setelah istirahat di kamar yang sudah lama ditinggalkan.
Keponakan saya cerita kalau mereka akan pergi jelajah ke bukit belakang
kampung. Apa itu? Sebenarnya bukit ini mungkin masih satu bagian dengan gunung
kecil bernama Gunung Kopeah di daerah saya. Bukit ini hanya sebuah tanah warga
yang sebagian lahannya dijadikan perkebunan. Kalau orang-orang kampung
menyebutnya dengan nama Cimacan. Meski jujur, saya sendiri kurang tahu seluk
beluk dan berapa luasnya bukit ini. Namun yang jelas, bukit ini menjadi view
yang menakjubkan, yang menjadi bahan inspirasi setiap saya buka jendela
kamar.
Anak-anak hebat yang ikut naik bukit |
Berhubung
besoknya saya gak kemana-mana, maka saya ikut serta untuk pergi ke bukit
bersama anak-anak sekolah dasar di kampung saya. Sudah lama saya tidak pergi ke
bukit itu karena tidak ada alasan apapun. Di samping itu, saya ingin
bernostalgia sejenak sembari menikmati hari libur yang cukup panjang ini.
Keberangkatan kami dimulai pada jam setengah tujuh pagi. Dipimpin oleh salah
satu guru saya waktu di sekolah dasar, sekarang beliau menjadi guru keponakan
saya. Perjalanan pun dimulai dengan menelusuri jalan sampai ke perbatasan
kampung. Kami ambil jalan perkampungan warga sebelah untuk masuk ke jalur
utama. Sebenarnya, orang-orang di kampung sudah biasa beraktivitas seperti ini,
biasanya mereka jalan santai sembari menikmati pemandangan. Jalurnya pun tidak
menakutkan, sehingga sekalipun mayoritas anak kecil, mereka begitu menikmati
perjalanan, begitu pun saya. Sebab, entah sudah berapa lama saya tidak datang
ke perkampungan ini, bahkan saya sempat bertemu dengan teman-teman waktu
sekolah, sangat tidak terduga bukan. Meski jauh, tapi jalur ini lebih aman
untuk anak-anak. Hikmah lainnya, saya bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan
orang-orang yang saya kenal.
Suguhan selama perjalanan |
Perjalanan
masih berlanjut, hingga kami melewati warung yang katanya warung terakhir
sebelum puncak bukit. Beristirahat sejenak sembari membeli makanan di warung
itu. Lalu, perjalanan kembali dilanjutkan. Sejuk rasanya memandang suguhan alam
yang baru saya sadari. Rasanya rugi sekali saya jarang ikut pergi bersama, guru
saya yang menjadi pemandu pun berkata seperti itu dalam obrolan ringan kami
selama perjalanan.
Sudah
jauh dari perumahan warga, hanya perkebunan dan pohon-pohon saja yang
membersamai kami. Ini merupakan tanda bahwa puncak bukit sebentar lagi dicapai,
telihat juga pemandangan yang semakin luas, tanda kalau kami sudah berjalan
menanjak semakin tinggi. Hingga akhirnya sampai di puncak bukit Cimacan. Bukit
yang dulu jadi tempat bermain menghabiskan waktu bersama teman-teman. Sangat
tak menyangka jika mengingat masa anak-anak dulu yang main jauh sampai ke atas
bukit hanya untuk mencari jamur liar. Sungguh hebat sekali rasanya. Kini, saya
bisa datang lagi setelah sekian lama.
View di atas Bukit Cimacan. Kamar saya ada di bawah sana. |
Kami
menghabiskan waktu di bukit untuk makan-makan dan saling bercerita. Anak-anak
pada heboh saling berteriak seolah melepas rasa lelah. Salut sekali, melihat
anak-anak kecil yang begitu menikmati perjalanan hebat mereka. Secara tidak
langsung, mereka sedang membuat sejarah hidup mereka sendiri karena datang ke
tempat yang indah bersama. Saya memandangi pemandangan kota Garut. Kecamatan
begitu terlihat jelas, bahkan sekarang saya melihat jendela kamar tempat saya
memandang Bukit Cimacan setiap waktu.
Perjalanan
yang cukup tapi sama sekali tidak melelahkan. Namun, karena hari semakin panas,
kami pun dituntut untuk pulang. Akhirnya kami pulang lewat jalan pintas dimana
dulu saya sering mencari jamur liar bersama teman-teman. Bahkan, bukan hanya
kenangan saya, tetapi zaman guru saya pun seperti itu. Jadi bukan hal yang aneh
sebenarnya, tapi kita punya pengalaman yang sama. Begitu pun anak-anak itu.
Setelah
itu, kami keluar dan melewati sungai. Alirannya menyenangkan sampai tak terasa
sudah tiba di jembatan utama yang menghubungkan bukit dengan kampung saya.
Senang sekali berkeliling kampung hari ini. Tidak pernah menyangka kampung saya
akan sehebat ini, tidak kalah dengan puncak-puncak bukit bahkan gunung lainnya.
Dalam
perjalanan ini, terbesit niat untuk mengajak teman-teman pembinaan saya di
Bandung untuk pergi bersama jika mereka punya kesempatan untuk main ke kampung
saya suatu hari nanti.
Comments
Post a Comment