Cikuray : Pengalaman Mendaki Puncak yang Tenangkan Jiwa
Tahun baru menjadi waktu yang paling asyik untuk dijadikan relaxing
time untuk menenangkan jiwa dan pikiran serta tubuh. Gunung dan mendaki
menjadi salah satu dari sekian banyak cara untuk membuat jiwa menjadi tenang.
Ya,
kali ini saya berkesempatan untuk pergi mendaki ke gunung Cikuray bersama teman
–teman saya yang merupakan gunung tertinggi ke-4 di Jawa Barat, dengan tinggi
2821 mdpl. Berawal dari ajakan dan rencana yang berujung harapan palsu,
akhirnya rencana mendaki Cikuray yang telah berkali-kali gagal pun dapat
terlaksana bersamaan dengan penutupan tahun 2020.
Perjalanan
ini diawali dengan berangkatnya kami menuju tempat pendakian. Tepatnya pada
akhit tahun 2020. Karena kami pun tinggal di Garut, jadi kami langsung
berangkat menuju tempat pada siang hari. Pada pendakian kali ini, kami mendaki
melalui jalur Kiara Jenggot.
Setibanya
di Basecamp kami beristirahat sebentar sembari mengecek ulang perlengkapan yang
kami bawa. Takutnya, ada yang tertinggal atau kurang. Lalu, kami pun mengawali
perjalanan kami dengan penuh semangat.
Sebanyak
7 pos dalam rute Kiara Jenggot harus ditempuh dengan berhati-hati. Rute basecamp sampai pos 1 masih merupakan
rute yang mudah untuk dihadapi, di sekitar akan terlihat lahan perkebunan warga
setempat. Usahakan pula untuk memulai
perjalanan pada pagi hari agar waktu dapat terkontrol.
Perjalanan
selanjutnya akan terasa lebih menanjak. Dan pada pos 2 terdapat sumber air. Usahakan
juga untuk menyiapkan air yang cukup, karena nanti di puncak tak ada sumber
air.
Perjalanan
kami pun berlanjut, pada setiap pos kami beristirahat sejenak, sampai di pos 4
kalau tidak salah, kami bertemu dengan pendaki lain. Fun fact, pendakian
Cikuray merupakan pendakian pertama saya setelah 2 tahun, ini pun pertama
kalinya saya ke sana sehingga saya kurang tahu. Lucunya, sekalipun ini tahun
baru tapi Kiara Jenggot bukan jalur utama atau populer menuju Cikuray, jalur
ini hanya jalur alternatif, sehingga memang terlihat sepi. Parahnya lagi,
sejauh kami mendaki, kami tak bertemu siapa pun. Pas di pos 4 baru kami bertemu
para pendaki lain yang tengah beristirahat. Kami pun ikut bergabung sembari
menambah energi untuk melanjutkan perjalanan.
Menuju pos
5, jalur pendakian mulai terasa gila. Jalur yang curam dengan vibes hutan
belantara yang lebat dengan pohon-pohon yang mengacung ke langit menjadi
suguhan yang tak ada tandingannya. Mungkin kalian pernah nonton horror jepang
Aokigahara, saya rasa pohon-pohon besar di sana dapat menggambarkan itu semua.
Banyak energi
yang terkuras dalam menjamahi jalur menuju pos-pos akhir. Sampai di pos
persimpangan antara bertemunya dengan jalur Pamancar kami beristirahat cukup
lama. Dalam hati, perjalanan hampir usai, namun tenaga banyak hilang. Apalagi saya
yang amatir, begitu lelah rasanya. Sesekali bertemu dengan para pendaki yang
turun dari puncak. Kami saling menyemangit satu sama lain. Begitupun dengan
teman-teman saya.
Perjalanan
pun berlanjut sampai pos 7 yang saya masih ingat nama warungnya, Warung Abah. Kami
beristirahat dan bercakap sebentar sebelum menuju puncak. Hanya satu tahap lagi
untuk bertemu dengan puncak Cikuray.
Waktu yang
ditunggu pun tiba. Puncak Cikuray telah kami jajaki. Kaki kami berpijak di atas
puncak. Sangat tidak terduga oleh saya, seorang amatir yang baru lagi menjalani
pendakian dapat mendaki puncak Cikuray dengan baik meski banyak kewalahan. Rasa
syukur terpancar atas semua itu.
Kami mencari lahan untuk memasang
tenda. Setelah itu, kami pun menikmati makanan seadanya dan beristirahat untuk
menghilangkan lelah. Meski pun, masih dalam suasana tahun baru tapi tak begitu
terasa, mungkin cuaca yang tak mendukung. Kala itu, hujan turun dan angin cukup
lebat. Istirahat kami pun terganggu karena hadirnya tamu tak diundang, si Bagas
(babi ganas) Cikuray. Malam itu beberapa tenda di samping kami jadi korban. Tenda
kami pun hampir menjadi korban, untungnya si bagas mengurungkan niat buruknya,
haha.
Paginya kami bersiap untuk
berburu pemandangan, tapi angin dan kabut sedikit menutupi, sehingga hanya
sedikit pemandang hebat puncak Cikuray yang kami rasa. Saya sedikit kecewa pada
saat itu, tapi mau bagaimana lagi. semaksimal mungkin kami dapatkan, bahkan
karena terlalu excite,saya malah terpeleset di sana, ditonton banyak
orang lagi. Sungguh memalukan.
Setelah itu, kami menikmati sisa
waktu yang ada bersama Cikuray. Harapannya ingin berkunjung kembali dengan
pesona yang tak terganggu kabut. Mungkin suatu saat nanti.
Kami pun mengakhiri perjalanan
ini. Saat kami turun, cukup banyak pendaki baru yang kami temui. Sekali lagi,
kami saling memberi dukungan dan sapaan.
Perjalanan ini begitu luar biasa.
Semoga di waktu lain ada kesempatan untuk pergi ke puncak lain di bumi ini.
Comments
Post a Comment